Pendidikan adalah ujung tombak keberlangsungan suatu bangsa. Apabila hendak menghancurkan suatu bangsa, hancurkanlah generasi mudanya melalui pendidikan, jika hendak memajukan suatu bangsa didiklah anak bangsa dengan kemampuan luar biasa. Sebuah kisah menarik mengenai hal ini datang dari negeri Sakura. Pasca jatuhnya bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki, kaisar mengadakan rapat dengan birokrasinya, dan hal pertama yang ditanyakan adalah "ada berapa guru yang kita punya?". Betapa tingginya kesadaran sang Kaisar terhadap kemampuan SDM, untuk membangunkan kembali negerinya yang porak poranda. Dan terbukti, tak lebih dari 30 thn, Jepang mampu bangkit kembali dan mengukuhkan dirinya sebagai macan Asia. Inilah fakta yang tak bisa disangkal mengenai besarnya peran SDM dalam kehancuran dan kebangkitan suatu bangsa.
Bahkan, sejak lama dalam Al Qur'an telah tercantum firman Allah dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 yang menyatakan bahwa:
"Bagi manusia ada malaikat2 yg selalu mengikutinya bergiliran, di muka bumi dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan thd sesuatu kaum, maka tak ada lagi yg dpt menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelingdung bagi mereka selain Dia"
------------Maha Benar Allah dengan segala firman Nya------------------------
Kawan, saat ini keadaan bangsa kita sedang sangat2 buruk. Krisis yang melanda tak lagi hanya materi, tapi juga moral dan spiritual. Seluruh aspek bangsa ini lumpuh. Pemerintah tak berkuasa lagi mengatur rakyatnya, kerusuhan dimana-mana, asusila dilakukan tanpa memandang waktu, tempat, dan usia. Manusia bertingkah layaknya binatang kelaparan, yang saling memangsa demi kelangsungnya hidupnya. Bangsa kita kembali dijajah oleh sekelompok komunitas bayangan yang tak pernah berani memunculkan dirinya.
Dulu, bangsa kita telah mengalami penjajahan fisik yang teramat lama. Tapi, kemauan keras untuk merdeka mengalahkan ketakutan atas kematian dan kesengsaraan. Ada dua cara perjuangan yang ditempuh, yaitu perjuangan fisik dan diplomasi. Dan tak dipungkiri keharmonisan keduanya akhirnya dapat mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa kita. Jika kita melihat lebih intens, maka akan muncul sebuah pertanyaan kritis, bagaimanakah proses munculnya sikap nasionalisme?
Mengapa nasionalisme tak muncul sejak dulu? Jika sejak dulu telah muncul, pastilah bangsa kita telah merdeka sejak lama. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian terjawab dengan satu kata: PENDIDIKAN. Ya, gaung nasionalisme bangsa akan lama terdengar di bumi pertiwi jika tak ada satu pun generasi yang mencicipi nikmatnya kue pendidikan. KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokroaminoto, Wahid Hasyim, Soekarno, Hatta, SOedirman, bukankah mereka produk pendidikan?? Akankah mereka mampu mengobarkan semangat dalam diri rakyat yang begitu besar jika tanpa pendidikan??
Kawan, Pendidikan adalah jawaban atas semua persoalan bangsa ini. Jika pendidikan dibenahi, mulai dari sistem manajemen hingga personalianya, dari UPT hingga gurunya, maka bangsa ini akan kembali menemukan taringnya yang hilang. Dan pembenahan paling urgent adalah pada sang guru, si pendidik anak bangsa yang dulu dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jawa. Guru adalah sosok utama yang harus dicuci otaknya mengenai konsep pendidikan. Jangan sampai seorang guru yang seharusnya digugu lan ditiru tak mampu menjadi teladan bagi muridnya. Seorang guru harus memiliki sikap dan pemikiran yang tidak menyimpang dari agama dan pancasila. Jadi, guru tidak hanya pintar secara intelektual, tapi emosional dan spiritual. Guru-guru seperti inilah yang dibutuhkan agar kelak muncul generasi muda yang bisa membangun negaranya menjadi lebih kokoh.
Tugas guru bukan lagi sebagai pengajar, tapi juga pendidik. Ia tak hanya mentransfer ilmu tapi juga bertanggungjawab atas perilaku peserta didiknya. Di depan ia memberikan arahan, di tengah ia memberikan motivasi, dan di belakang ia selalu mengawasi,,
So, wahai guru, ingatlah bahwa kelak keberlangsungan negeri ini ada padamu. Maka teruslah perbaiki sikap dan teruslah belajar, karena kau lah yang akan mencetak calon2 pemimpin bangsa. Berusahalah untuk mendidik dengan cinta, agar anak didikmu kelak bisa memimpin bangsa ini dengan cinta pula. Tanamkanlah sikap malu pada anak didik, terutama apabila mereka melanggar kontrak yang kalian sepakati, agar mereka terbiasa malu apabila melanggar janji pada rakyatnya kelak. Bersikaplah netral dan bijak dalam memberikan reward and punishment dalam kegiatan pembelajaran, agar muridmu tidak mengenal budaya kolusi dan nepotisme.
Wahai calon guru, jika kau hanya mengharapkan materi dengan menjadi guru, maka hanya materi yang kau dapat. Tapi jika kau ikhlas dan benar2 ingin mjd salah satu bagian perbaikan bangsa ini, marilah berusaha maksimal untuk mempelajari profesi yang akan kau geluti. Karena, guru adalah tonggak keberlangsungan suatu bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar