Manunggaling kawulo-gusti,,ne bukanlah kata asing buat kita. Syekh Siti Jenar telah memperkenalkannya, sebagai konsep bahwa Tuhan ada di dalam dirinya. Ada banyak tafsir mengenai konsep ini, Syekh adl seorang sufi yg memiliki banyak makna di dalam stiap perkataannya. Pada tafsir pertma, dikatakan bahwa Syekh menganggap dirinya Tuhan. Tafsir inilah yang kemudian digadang-gadang sbg penyebab syekh dihukum mati oleh dewan wali lainnya.
Tafsir kedua, dikatakan bahwa maksud manunggaling kawulo-gusti adl bahwa kawulo = rakyat, dan gusti = raja. Jadi, maksudnya syekh adl bahwa raja dan rakyat itu sama jenisnya, yaitu manusia. Karena itu, seorang raja tdk boleh berkehendak sewenang-wenang pada rakyat. Beberapa sejarawan menduga bahwa konsep "sosialis" ala syekh ini yg membuatnya dipenggal. Ada nuansa politis dalam hukuman mati syekh.
Tafsir ketiga, manunggaling adl bahwa Tuhan ada di diri setiap manusia,sangat dekat. Jika tafsir ini benar, maka syekh ada orang yg benar, karena dlm Al Qur'an sendiri dikatakan bahwa ALlah itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dr nyawa kita.
Ya, entahlah ada banyak tafsir mengenai konsep ini. Sejatinya, kita harus berpatokan pd Qur'an n Hadits sebelum kita menilai sesat-tidaknya orang/kelompok tersebut. Syekh SIti Jenar adl salah satu tokoh yang tenggelam dalam ketidakpastian. Hingga sekarang, kebenaran tentangnya masih tersamar.
"Janganlah kita merasa diri kita lebih baik dari orang lain,,karena barangkali orang itu lebih baik dari kita"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar