Lelaki tua pembawa gerobak itu terus berjalan
menyusuri jalanan yang kian mencekam
melawan arus yang kian deras
merasakan panas yang smakin menyengat
Menghilangkan ketakutan yang sll menyergapnya
Disaksikannya wajah-wajah beringas penuh kemarahan
melempar kesinisan ke setiap sudut jalanan
mereka teriak, demi rakyat kami rela menjadi bangkai
di tempat lain, tampak pria2 berseragam memegang senjata
seolah2 berkata, kami akan melindungi rakyat
Tak lama, suara berisik terdengar
dilihatnya batu-batu melayang
Didengarnya jerit dan suara ledakan
Orang-orang berlarian, tak kenal kawan dan lawan
Seakan kiamat tengah mendera
Lelaki tua itu berlari kencang
tak ingat lagi dimana gerobaknya
ia hanya teringat istri dan anaknya
betapa susahnya mereka jika ia mati sekarang
Ia terus berlari sambil sesekali mengusap air mata
Sang lelaki tua duduk di teras depan rumah
tampak letih dan lelah
sisa air mata masih tampak di pelupuk matanya
Ia berpikir,apa yg tjd dg tag line 'demi rakyat' yg didengungkan
Dimana rasa solidaritas rakyat yg mereka sll jadikan alasan?
Si lelaki tua kembali mengusap air mata
Ia pun teringat dg gerobaknya
teringat si bungsu yang sebentar lagi ujian kelulusan
terbayang wajah istrinya yang terbaring lemah di ranjang reotnya,,,
Ditatapnya langit,,dan kembali air mata mengalir deras d wajah tuanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar